Khutbah Iedul Adha 1436H
Takbir Dalam Kehidupan Seorang Muslim
Oleh : KH Dr.Tulus Musthofa, Lc. MA.*
KHUTBAH PERTAMA :
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً
لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِبَعْدَ
صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ
اَنَّسَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ
عَلىَسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ
اَذْهَبَعَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْاَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ
اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk
melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita laksanakan ruku’ dan
sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita
agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan
pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah
sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati,
menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman.
Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Makna takbir adalah meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala itu
dzat yang paling besar, tidak ada satupun yang lebih besar dari-Nya.
Segala sesuatu yang besar selain Allah, di sisi Allah menjadi sangat
kecil.
Keyakinan di atas seharusnya berkonsekwensi untuk melahirkan
perilaku-perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari kita. Inilah
sebenarnya dzikir yang berkualitas. Yakni yang membuahkan perangai baik
dalam keseharian.
Dibalik kalimat takbir terdapat beberapa nilai:
1. Mendorong untuk selaluberibadah hanya kepada Allah Yang Maha Besar dengan penuh keikhlasan.
Seorang hamba dalam menyembah dan beribadah, seharusnya hanya memilih tuhan Allah yang maha besar. Sebab hanya yang maha besar, yang layak untuk disembah. Anehnya tidak sedikit para manusia yang memilih untuk menyembah makhluk yang kecil, bahkan teramat kecil.
Untuk itu Allah ta’ala mengingatkan,
"ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ
الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ هُوَ الْبَاطِلُ وَأَنَّ
اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ"
Artinya: “Demikianlah (kebesaran Allah) karena Allah Dialah (Tuhan) Yang benar. Dan apa saja yang mereka sembah selain Dia, itulah yang batil. Sungguh Allah, Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar”. QS. Al-Hajj (22): 62.
Ada ungkapan :
Abdul Adzim Adzim yang artinya hamba dzat yang Agung menjadi agung.
Abdul Haqir Haqir yang artinya hamba dari yang hina maka menjadi hina
2. Mengagungkan perintah dan larangan Allah
Bila kita meyakini bahwa Allah Maha Besar, maka konsekwensinya kita pun harus menghadirkan perasaan akan kebesaran dan keagungan syariat-Nya. Sehingga kita terus berusaha untuk mengamalkan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Allah ta’ala berfirman,
"ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ"
Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati”. QS. AL-Hajj (22): 32.
Perintah perintah Allah harus diletakkan diatas segala perintah.
Larangan Allah harus diletakkan diatas segala larangan.
3. Tidak besar kepala dan sombong
Saat seorang hamba yang takbir berarti merasakan kebesaran Allah, maka seharusnya dia merasa bahwa dirinya kecil dan tidak layak untuk menyombongkan diri. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْكِبْرِيَاءُ
رِدَائِى وَالْعَظَمَةُ إِزَارِى؛ فَمَنْ نَازَعَنِى وَاحِدًا مِنْهُمَا
قَذَفْتُهُ فِى النَّارِ".
Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Sifat sombong itu selendang-Ku, dan keagungan itu pakaian-Ku.
Barangsiapa yang menyaingiku dalam salah satu dari dua sifat tersebut, maka Aku akan campakkan dia ke dalam neraka”. HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinilai sahih oleh al-Albany.
Jika sombong kepada sesama manusia sudah sesuatu yang tercela apalagi kesombongan kepada Allah.
Kesombongan manusia kepada Allah diantaranya diwujudkan dalam bentuk tidak mau melaksanakan perintahNYA.
Dalam hubungannya dengan iedul Adha yang terkait dengan ibagah haji takbir selalu dianjurkan bagi seorang yang haji yang baru saja menyelesaikan wukuf diArofah kemaren .
Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُواْ اللّهَ
“Kemudian bila kalian telah menunaikan manasik (haji) kalian, maka kalian mengingatlah Allah….” [QS. Al Baqarah (2) : 200]
Begitu juga sehabis shalat fardlu, Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata :
ماكنا نعرف انقضاء صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا بالتكبير
“Kami tidak mengetahui berakhirnya shalat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kecuali dengan takbir.” [HR Al Bukhari]
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Takbir اللّهَ اكبر adalah ungkapan pengagungan
Allah yang harus muncul dari lubuk hati yang sangat dalam, karena
takbir adalah pengakuan hati bahwa Allah itu Maha Agung lagi Maha Besar
dari segalanya, diikrarkan dengan lisan diyakini dan diresapi dalam
hati serta dibuktikan di dalam praktek kehidupan.
Tidak layak bagi orang yang mengucapkan takbir akan tetapi masih ada
hal lain yang lebih didahulukan dan lebih dipentingkan daripada Allah
ta’ala dan hukum-Nya,jika demikian maka sesungguhnya ikrar takbir yang
diucapkan dengan lisantidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Jika takbir Allahu Akbar dikumandangkan dengan penuh penghayatan maka
akan melahirkan keimanan yang kuat. Alangkah kecil, ilmu, harta,
kekuasaan dan pengaruh yang kita miliki kalau dibandingkan dengan Allah
Subhaanahu Wa ta’ala.
Allah Maha Agung… Allah Maha Besar… Dia lebih besar daripada anak dan
isteri, oleh sebab itu Ibrahim ‘alaihissalam meninggalkan isterinya
Hajar dan puteranya yang masih bayi yaitu Ismail di lembah yang kering
kerontang yang tidak ada air lagi tidak ada tanaman, dikarenakan Allah
ta’ala yang memerintahkannya.
Di dalam Shahih Al Bukhari: Hajar bertanya kepada Ibrahim: “Apakah
Allah yang telah memerintahkan engkau dengan hal ini? Ibrahim
‘alaihissalam menjawab: Ya”. Maka Hajar dengan penuh keyakinan
mengatakan: “Kalau begitu, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.”
Ini adalah contoh realisasi ucapan takbir, di mana perintah Allah
ta’ala didahulukan dari apapun walaupun harus meninggalkan anak isteri
dan anaknya yang sangat dicintai.
Kisah Siti Hajar
Mengagungkan Allah dengan takbir juga ada pada SIti Hajar. Beliau
adalah contoh di dalam sikap seorang wanita Muslimah, di mana ia
menerima keputusan Ibrahim ‘alaihissalam tercinta untuk meninggalkannya,
karena itu adalah perintah Allah ta’ala, sedangkan Allah dan
perintah-Nya adalah lebih besar daripada Ibrahim suaminya, dan ia yakin
bahwa Allah ta’ala tidak akan menyia-nyiakannya.
Setiap hari seorang muslim tidak pernah sepi dari takbir .
Takbir senantiasa menyertai seorang muslim dalam setiap ibadahnya.
Sehari semalam, seorang muslim mengucapkan takbir 50 kali dalam menjawab
adzan dan iqomah. Iapun mengucapkan 94 kali takbir tatkala mengerjakan
sholat 5 waktu . Jumlah ini bertambah banyak tatkala ia melakukan sholat
sunnah rowatib. Bagaimana jika ditambah dengan takbir yang ia ucapkan
tatkala berdzikir 33 kali sehabis sholat wajib, Apalagi jika ditambah
dzikir mutlak yang ia kerjakan,bahkan sebenarnya mulai awal bulan dzul
hijjah sampai tanggal 14 sebagi akhir hari tasyriq kita disunahkan untuk
memperbanyak takbir bersama tahmid dan tahlil.
Hanya Allah saja yang tahu berapa banyak seorang muslim mengucapkan
takbir dalam kesehariannya. Hal ini menunjukkan betapa agung kedudukan
kalimat takbir dalam kehidupan seorang muslim.
Umar bin khattab mengatakan ,” Perkatan seorang hamba Allahu Akbar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
Pertanyaan yang harus selalu kita lontarkan kepada kita adalah
apakah takbir yang kita kumandangkan dan kita dengar telah mempengaruhi
cara hidup kita ? ataukah baru sekedar lewat dimulut kita dan
pendengaran kita
Mari kita bersama sama melakukan evaluasi atas takbir kita.
Apa benar kita menganggap Allah yang paling Agung, yang maha besar, yang maha kuasa.
Jangan jangan kita kita masih mengaggap selain Allah yang lebih besar.
Evaluasi ini bisa kita lakukan dengan misalnya ketika ada ada
panggilan adzan yang artinya agar kita shalat dan berjamaah di masjid.
Mana yang kita anggap lebih besar? panggilan Allah Allah atau
panggilan pekerjaaan?, rapat? Hape ? Acara TV? Pertandingan sepokbola?
Tempat tidur, bantal, selimut, merokok dan lain lain.
Begitu juga panggilan pangilan Allah yang lain ; Membaca dan memahami
alquran ( ngaji), panggilan shadaqah, panggilan berbakti kepada orang
tua, panggilan kepedulian sosial dan lain lain.
Apakah kita lebih mementingkan untuk memenuhi panggilan Allah atau panggilan selain Allah.
Begitu juga ketika Allah melarang kita misalnya seperti ; berdusta,
Zina, meminum minuman yang memabukkan, berjudi, membunuh, durhaka kepada
orang tua, kikir, dengki, sombong.
Adakah kita betul betul mengagungkan Allah dengan meninggalkan semua
larangan tersebut? Ataupun kita lebih tunduk kepada hawa nafsu kita?.
Kalau yang terjadi ternyata kita lebih tunduk kepada hawa nafsu maka
kita sebetulnya sedang berproses menghinakan dan menyengsarakan diri
kita, orang orang sekeliling kita bahkan bisa menghancurkan bangsa kita.
Karena sebagai seorang mukmin harus mempunyai keyakinan bahwa apa yang
diperintahkan Allah pasti baik dan memang dibutuhkan dalam kehidupan
manusia.
Sebaliknya segala yang dilarang Allah pasti membayakan kehidupan
manusia baik didunia maupun di Akherat sebagaimana firman Allah :
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ
وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ
اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ
تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي
سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “Bila bapak-bapak kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara kamu, isteri-isteri kamu, karib kerabat kamu, harta-harta yang kamu usahakan dan perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya serta tempat-tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta dari jihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan urusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasiq.” [QS. At Taubah (9) : 24].
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Perhatikanlah makna اللّهَ اكبر yang terpatri di dalam jiwa Ibrahim ‘alaihissalam tatkala diperintahkan Allah untuk menyembelih putera kesayangannya Ismail ‘alaihissalam, dan perhatikan pula sikap anak yang tunduk dan rela sepenuh hati menerima konsekuensi perintah Allah ta’ala :
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي
إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“(Ibrahim) berkata: “Wahai anakku ! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu !” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” [ QS. Ash Shaffat (37) : 102].
Bahkan kalimat Takbir telah merubah nasib bangsa Indonesia dari kaum yang terjajah selama tiga setengah abad menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat penuh melalui pekikan takbir hadrausyaih KH Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan resolusi jihad melawan Belanda, begitu juga bung Tomo yang menggelorakan semangat arek arek surabaya yang kemudian diabadikan dengan hari pahlawan nasional.
Sekarang ketika takbir sudah banyak kehilangan makna jadilah Allah menjadi dikerdilkan.
Materi/harta benda jauh lebih besar dari pada Allah sehingga Korupsi dinegeri ini semakin menjadi jadi.
Hiburan hiburan yang merusak lebih besar dan lebih penting dari pada Allah sehingga acara acara televisi yang tidak mendidik dan dering hape jauh lebih diperhatikan dari pada panggilan Adzan.
Panggilan Allah untuk mendidik anak agar bisa baca dan memahami alquran serta menanamkan akhlak yang mulia dan budi pekerti luhur kalah perhatian dibandingkan kepentingan kepentingan yang sifatnya duniawi yang sementara, akhirnya muncul berbagai fenomena kenakalan remaja
Tidak ada cara lain untuk menjadikan kehidupan yang bahagia dan harmoni, mencetak generasi yang tangguh,mengantarkan bangsa yang sejahtera kecuali dengan kembali kepada konsep Takbir, yaitu membesarkan Allah, memalui ucapan, hati dan perbuatan.
Agar Takbir kita betul betul menjadi cara hidup maka perlu bersama sama kita fahami makna dan filosofi takbir terus menerus begitu juga ajaran ajaran islam lainnya melalui pengajian pengajian yang sudah kita lakukan bersama sama seperti malam rebo pon, ahad pagi dan pengajian pengajian yang lain.
Disamping itu kita juga agar terus menerus berdoa kepada Allah agar senantiasa diberi petunjuk kejalan yang lebih baik.
Akhirnya dalam kondisi bangsa yang sedang mengalami berbagai kesulitan seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat, rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِالرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. إِنَّا أَعْطَيْنَاكَالْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ
وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُبَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ
مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُاْلعَلِيْمُ.
فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA :
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ
اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهبُكْرَةً وَ
أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْاللهُ
اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ
عَلىَتَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُوَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَامُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّصَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِوَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ
فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ
اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ
بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَىاِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِى يآ اَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا.
Selanjutnya marilah kita berdoa untuk ;
- Kita bersama agar diampuni dosa kita, diteima amal kita, senatiasa diberi petunjuk ke jalan yang benar dan diberi khusnul khatimah.
- Kepada kaum muslim seluruh dunia agar diberikan kemenangan dalam berjuang membela agama Allah khusunya saudara saudara kita d Palestina yang sekarang sedang berjuang mempertahankan masjidil aqsha yang sedang dikoyak koyak untuk dihancurkan ,
- Dan mohon doa semua jamaah agar Allah segera memberi anugerah bisa segera diwujudkan bangunan yang bermanfaat bagi masyarakat luas ditanah ini sesuai dengan rencana.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِوَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَوَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِوَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِاللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ
الشِّرْكَوَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ
مَنْنَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ
دَمِّرْاَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَوَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ عَنْبَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِاْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِىالدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَالَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنا ذَنْباً
إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمّاً إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَلاَ كَرْباً
إِلاَّ نَفَّسْتَهُ، وَلاَ مَيْتاً إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَلاَ مَرِيضاً
إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ دَيْناً إِلاَّ قَضَيْتَهُ، وَلاَ غَائِباً
إِلاَّ حَفِظْتَهُ وَرَدَدْتَّهُ، وَلاَ مُجَاهِداً فِي سَبِيلِكَ إِلاَّ
نَصَرْتَهُ، وَلاَ عَدُوّاً إِلاَّ أَهْلَكْتَهُ، وَلاَ طَاغِيَةً إِلاَّ
قَصَمْتَهُ، ولاَ ضَالاًّ إِلاَّ هَدَيْتَهُ، وَلاَ مَظْلُوماً إِلاَّ
أَيَّدْتَهُ، وَلاَ ظَالِماً إِلاَّ خَذَلْتَهُ، وَلاَ عَسِيراً إِلاَّ
يَسَّرْتَهُ، وَلاَ وَلَداً إِلاَّ أَصْلَحْتَهُ، وَلاَ عَيْباً إِلاَّ
سَتَرْتَهُ، وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيا وَالآخِرَةِ هِيَ لَكَ
رِضاً وَلَنا فِيها صَلاَحٌ إِلاَّ أَعَنْتَنا عَلَى قَضَائِهَا
وَيَسَّرْتَهَا لَنا، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللَّهُمَّ وَاجْعَلنَا
مِمَّنْ دَعَاكَ فَأَجَبْتَهُ، وَتَضَرَّعَ إِلَيْكَ فَرَحِمْتَهُ،
وَسَأَلَكَ فَأَعْطَيْتَهُ، وَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فَكَفَيْتَهُ، وَإِلى
حُلُولِ دَارِكَ دَارِ السَّلاَمِ أَدْنَيْتَهُ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَيَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَوَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْلَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْوَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
* Beliau merupakan Pengasuh Pesantren Mahasiswa Daaru Hiraa
Sumber: swara ikadi Kamis, 24 SEP 2015
Leave a Comment