Musibah dan Syukur

Dalam perjalanan hidup manusia pasti selalu ada berbagai musibah yang menghampirinya baik itu yang mereka anggap ringan sampai yang mereka anggap sangat berat dan tidak adil. Namun disinilah letak kekuatan manusia dalam menyikapi suatu perkara. Apabila daam hati dan otak menganggap bahwa masalah itu ringan dan sebagai tambahan untuk mencapai iman maka dia akan menjalani masalah itu dengan senang dan sangat menikmatinya. Namun apabila dia dalam hati dan otak hatinya terus disuarakan bahwa masalah ini sangat berat dan tidak masuk akal maka justru dialah yang sebenarnya sedang bermasalah bukan masalahnya yang membuat dia berat.

Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS. Huud : 11)

          Setelah manusia mendapat ujian berupa musibah, kekuatan yang kembali diuji adalah masalah keikhlasan terhadap masalah yang menimpanya. Ada manusia yang mendapat berbagai masalah dia tetap tenang dan ikhlas menerimanya namun sebagai pembanding ada juga orang yang sudah menganggap bahwa Allah menurunkan masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing namun dia tetap tidak mau menerimanya. Ini juga menjadi salah satu kunci manusia untuk menerima dan ikhlas apa saja yang Allah berikan.

Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al A’raaf : 128)

          Hal yang terakhir tentang menerima masalah atau musibah adalah syukur. Sekali lagi ada manusia yang mendapat masalah dia menerima, ikhlas dan syukur. Mengapa harus dengan syukur? Karena setiap kita bersyukur kita akan terbawa suasana positif  dan akan terus mencari hikmah dibalik masalah itu. Dan lagi-lagi ada manusia yang mendapat masalah dia menerima dan ikhlas namun tidak bersyukur atas masalah itu. Manusia yang seperti ini hanya menghilangkan dalam hati dan otaknya masalah tersebut tanpa berusaha mengambil sisi positif dari masalah yang menimpanya.

          Inilah sekelumit pemikiran tentang sebuah makna musibah dari sudut pandang penerimaan, pengolahan dalam hati dan output dari masalah tersebut.

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Alam Nasyrah : 5-6)

Penulis: As-Saud (Santri DH 8, Mahasiswa FIB UGM)
Attachment: buletinDH_25.pdf

No comments

Theme images by RBFried. Powered by Blogger.