Buletin Ar Rahmah edisi 16

Kekuatan Ukhuwah

Kami bersumpah, berbangsa satu : Bangsa Indonesia
Kami bersumpah, bertanah air satu : Tanah Air Indonesia
Kami bersumpah, berbahasa satu : Bahasa Indonesia

Kalimat diatas tentu sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Itulah diantara bait yang di deklarasikan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah kebersamaan ini menjadi titik awal untuk memulai babak baru. Mewujudkan kemerdekaan bangsa dengan kebersamaan. Sekaligus sebagai episode akhir untuk menanggalkan baju-baju perbedaan. Sebuah kesadaran yang timbul dari hati nurani para anak bangsa, bahwa kemerdekaan tidak akan bisa diraih kecuali semua komponen bangsa bersatu dan berjalan bersama.

Beberapa tahun kemudian sejarah mencatat, kemerdekaan Indonesia dapat diraih.

Jauh sebelum sumpah pemuda dideklarasikan, sejarah Islam telah mencatat dengan tinta emas tentang arti sebuah kebersamaan. Di kisahkan, ketika Rasulullah Saw. dan para sahabat hijrah dari Makkah ke Madinah. Salah satu yang pertama kali beliau lakukan selain membangun masjid adalah mempertautkan tali persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar. Adalah Abdurrahman bin Auf, sahabat dari Muhajirin yang dipersaudarakan oleh Rasulullah Saw. dengan Sa'ad bin Rabi. Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai seorang saudagar yang kaya raya. Hanya saja kala Ia hijrah, semua harta dan barang-barang berharga miliknya Ia tinggalkan.

Melihat saudaranya yang tidak mempunyai apa-apa lagi, Sa'ad bin Rabi berkata kepada Abdurrahman bin Auf, "Saudaraku, aku adalah salah seorang penduduk Madinah yang kaya raya, kau boleh lihat harta bendaku , barang perniagaanku dan sawah ladangku. Kalau kau mau, kau boleh ambil setengahnya. Saudaraku, aku juga punya dua orang istri, lihatlah mereka dan kau boleh pilih, mana yang paling menarik hatimu. Sekarang juga akan kuceraikan dan kau bisa menikahinya.

Dua kisah diatas memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Betapa ukhuwah yang telah terpatri dalam sanubari seorang Muslim akan mampu menghasilkan sebuah hal yang mungkin tidak akan dikira sebelumnya.

Menurut hemat penulis, ada beberapa keutamaan dari ukhuwah yang terjalin antara sesama umat Islam.
Pertama: Ukhuwah mencipta wihdah (Persatuan). Kisah heroik perjuangan para pahlawan bangsa negeri, bisa kita jadikan landasan betapa ukhuwah benar-benar mampu mempersatukan para pejuang pada waktu itu. Tak ada rasa sungkan untuk berjuang bersama. Tak terlihat lagi perbedaan suku, ras dan golongan. Yang ada hanyalah keinginan bersama untuk merdeka. Dan kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan persatuan. Bukankah Imam Ali Ra. pernah berkata, ”Kebenaran yang tidak teroganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang teroganisir.” Dan satu dari sekian cara untuk dapat mengorganisir adalah dengan persatuan yang timbul dari rasa ukhuwah.

Kedua: Ukhuwah mencipta Quwwah (Kekuatan). Ketika Rasulullah Saw. dan para sahabat bersiap-siap menghadapi orang-orang musyrik dalam perang badar, timbul rasa gentar di sebagian hati umat Islam, karena mendengar musuh yang akan dihadapi jumlahnya jauh diatas mereka. Namun Rasululllah Saw. berhasil menenangkan dan mententramkan mereka. Hasilnya, para sahabat yang tadinya gentar berubah menjadi tegar, hingga ukhuwah yang telah terjalin membuahkan sebuah kekuatan maha dahsyat. Akhirnya sejarah mencatat, peperangan pertama yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan umatnya itu berakhir dengan kemenangan di pihak kaum muslimin. Tentu juga tidak akan pernah terpikir oleh kita bagaimana sebuah bambu runcing para anak bangsa mampu mengalahkan kaum penjajah yang berkekuatan tank-tank baja dan peralatan perang modern lainnya.

Ketiga: Ukhuwah mencipta Mahabbah (Cinta dan kasih sayang). Apa yang melatar belakangi sahabat Anshar hingga dia merelakan setengah dari hartanya dan seorang istrinya. Sebuah kerelaan yang lahir dari rasa ukhuwah yang telah terpatri dengan baik. Dulunya belum kenal sama sekali, namun setelah dipersaudarakan semuanya dirasakan bersama. Inilah puncak tertinggi dari ukhuwah yang terjalin antara sesama umat Islam.

Sekarang, di sa'at ukhuwah seakan menjadi barang langka di kalangan umat Islam, seharusnya menjadikan kita berpikir keras untuk kembali menengok ke belakang. Bahwa langka awal untuk mengembalikan kejayaan umat ini adalah dengan ukhuwah. Episode kehidupan Rasul dan generasi para sahabat yang sarat hikmah serta babak awal para pejuang bangsa hingga tercapainya kemerdekaan harus kita hadirkan dan kita tumbuh suburkan kembali di tengah-tengah kehidupan kita sekarang ini.

Wallahu A'lam

Source: http://www.sinaimesir.com
Published: Jum'at, 02 Maret 07
Writer: Windo Putra Wijaya Sy

nb. buletin edisi pdf. bisa didownload diattachment tulisan ini.
      barakallah buat mas Widodo DH3 atas kelahiran putri pertamanya

Attachment: buletinDH_16.pdf

No comments

Theme images by RBFried. Powered by Blogger.